Final Fantasy 7 Cloud Strife

Rabu, 04 Maret 2015

Pengantar Kesehatan Mental




1.            Kesehatan Mental
Kesehatan mental merupakan terjemahan dari istilah mental hygiene. Mental (dari kata Latin : mens,  mentis) berarti jiwa, nyawa, sukma, roh, semangat, sedangkan hygiene  (dari kata Yunani : hugiene) berarti ilmu tentang kesehatan. Mental hygiene sering juga disebut psikohygiene.  Psyche ( dari kata Yunani: psucho) berarti napas, asas kehidupan, hidup, jiwa, roh, sukma, semangat. Ada orang yang membedakan antara mental hygiene dan psikohygiene. Mental hygiene menitikberatkan kehidupan kerohanian, sedangkan psikohygienen menitikberatkan manusia sebagai totalitas psikofisik dan psikomatik.

2.            Konsep Sehat
Pada tahun 1948, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merumuskan definisi kesehatan sebagai berikut, “suatu kondisi perasaan yang sempurna, baik secara fisikmental/ kejiwaan, maupun lingkungan (sosial). Dengan demikian, itu bukan saja ungkapan yang menunjukkan kondisi terbebasnya seseorang dari penyakit/ gangguan kesehatan lainnya.”
Definisi di atas tidak pelak menuai banyak kritik dari berbagai pakar disebabkan rumusannya yang dinilai terlalu ideal dan normatif. Hanya saja, terlepas dari berbagai pro dan kontra, yang jelas definisi ini tetap dipandang sebagai sebuah kerangka berpikir yang menunjukkan kecenderungan umum para pakar medis dan psikologi dalam mendefinisikan atau menetapkan makna yang terkandung dalam istilah “kesehatan”.
Pada perkembangannya, dapat ditemukan cukup banyak definisi tentang “sehat” yang secara umum berpedoman kepada definisi versi WHO tersebut. Contohnya, Hurrelmann (1995) yang berpendapat bahwa kesehatan merupakan ungkapan yang menunjukkan kondisi perasaan tertentu pada seseorang, baik yang bersifat subjektif maupun objektif. Artinya, kondisi sehat akan dapat dilihat pada diri seseorang ketika area (lapangan) perkembangan fisik, mental, dan lingkungannya sejalan dengan berbagai kondisi hidup objektif yang dia hadapi.
Dari definisi Hurrelmann di atas terlihat bahwa kesehatan merupakan suatu kondisi seimbang yang mesti berusaha diwujudkan setiap saat oleh setiap individu dalahm kehidupannya. Kesehatan merupakan hasil penting yang diperoleh seseorang dari upayanya membangun kepuasan berperilaku bagi dirinya (Hurrelmann: 1998).
Dengan bersandar kepada rumusan ini maka dapat dikatakan kesehatan seseorang berada dalam kondisi terancam manakala dalam satu atau kebutuhan yang tidak mampu dia kendalikan (laksanakan), terutama dalam kerangka kehidupan sosial yang tengah dia jalani dalam satu periode tertentu kehidupannya. Ancaman terhadap kesehatan dimaksud dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti cacat mental, fisik, maupun sosial.
Sebaliknya, seseorang dapat dikatakan sehat apabila dia mampu membina hubungan sosial yang efektif dengan lingkungannya serta mampu bersosialisasi (berbaur) secara baik dengan anggota masyarakat lainnya. Lebih lanjut, seseorang juga dikategorikan sehat apabila berhasil mensejalankan antara kehidupan pribadinya dengan situasi kehidupan lingkungannya yang variatif.
Kesehatan merupakan kondisi yang dihasilkan oleh perasaan positif terhadap sesuatu. Dengan demikian, ia tidak akan dapat terwujud secara sistematis tanpa adanya usaha dari si pelaku. Dengan kata lain, eksistensi kesehatan pada diri seseorang merupakan hasil rill dari berbagai usaha pro-aktif yang dia lakukan sepanjang perjalanan hidupnya memelihara, menumbuhkembangkan, maupun merenovasi kecakapan sosial, psikologis, maupun fisiologis yang ia miliki. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa kondisi sehat merupakan cerminan (refleksi) dari kemampuan seseorang mengendalikan berbagai kebutuhan dan tuntutan pribadinya serta mensejalankan dengan berbagai kondisi serta tuntutan sosial masyarakat yang melingkupinya.
Selain pemikiran di atas, ada lagi definisi yang dikemukakan oleh Udris dan kawan-kawan. Menurut mereka kesehatan bukanlah kondisi yang statis. Sebaliknya, ia merupakan ungkapan yang menunjuk kepada suatu kondisi yang seimbang antara aspek fisiologis, psikologis, sosiologis, serta imunitas (pertahanan) tubuh di satu sisi, dengan berbagai pengaruh atau efek negatif terpendam yang berpotensi menimbulkan penyakit, baik dalam lingkup fisik, biologis, maupun sosiologis, di sisi lainnya.
Berdasarkan pendapat Udris dan kawan-kawan di atas, dapat dikatakan bahwa kesehatan merupakan ungkapan tentang suatu kondisi yang sitematis, berproses (bergerak secara berkesinambungan), dan saling terkait antara berbagai komponennya.
Masih dalan kaitannya dengan perdebatan ilmiah seputar definisi sehat, pakar psikologi lain, seperti Erben Franzkowiak dan Wenzel lebih lanjut mengerucutkan makna sehat kepada tiga prinsip dasar sebagai berikut:
Pertama, kesehatan merupakan suatu kondisi objektif yang bisa diuji secara medis.
Kedua, kondisi sehat dapat dipandang sebagai hasil proses adaptasi ideal yang mungkin dilakukan seseorang dengan berbagai kebutuhan yang melingkupinya.
Ketiga, kondisi sehat lebih lanjut juga dapat dipandang sebagai upaya berkelanjutan dalam mewujudkan eksistensi diri dengan menempuh berbagai langkah yang efektif dan efisien dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Adapun Schroeder dan Schech memandang kesehatan lebih sebagai keseimbangan dalam sistem tubuh yang senantiasa bisa dipertahankan dalam hubungan tarik-menarik antara seorang individu dengan lingkungan sekitarnya.
Sementara itu, Anderson menyimpulkan kesehatan pada lima makna pokok berikut:
1)        Sebagai sebuah prosuk hasil
2)  Sebagai sebuah kekuatan potensial terpendam yang dapat digunakan dalam rangka mewujudkan target atau aktivitas tertentu yang diinginkan.
3)      Sebagai sebuah proses dimana kesehatan merupakan suatu realitas dinamis yang senantiasa berubah.
4)        Sebagai sebuah kondisi atau keadaan hidup
5)      Sebagai sebuah sifat yang membedakan seorang individu secara umum dari individu yang lain. Dalam hal ini, kesehatan merupakan kecakapan atau kapabilitas tertentu yang dimiliki seseorang dan membedakannya dari orang lain.

Pengertian sehat juga mencangkup fenomena fisiologis, fisik, maupun emosional dalam kaitannya dengan kondisi pribadi seseorang, di samping adanya bekal keilmuan dan perilaku yang memadai guna melakukan perancangan terhadap kondisi kesehatan personal dalam rangka mengatasi goncangan-goncangan hebat dalam kehidupannya. Dari sini dapat dilihat bahwa kesehatan yang prima merupakan refleksi dari kesuksesan seseorang dalam beradaptasi pada tataran biologis, fisiologis, imunitas, sosiologis, psikologis, maupun kognitif.
Konsep sehat dilihat dalam 5 dimensi:
a.    Dimensi Emosi
Menurut Goleman emosional merupakan hasil campur dari rasa takut, gelisah, marah, sedih dan senang. Sebagai contoh, saat seseorang yang telah divonis dokter mengidap penyakit tertentu, diperlukan kekuatan mental-emosional/ jiwa yang mendukung dan mempercepat proses penyembuhan penyakit tersebut. Pikiran dan sasaran positif sangat diperlukan untuk membangkitkan semangat hidup guna mengembalikan kesehatannya secara totalitas, yaitu secara jasmani dan rohani.

b.    Dimensi Intelektual
Memecahkan masalah dengan pikiran yang tenang, yang dapat memecahkan masalah tersebut.

c.    Dimensi Sosial
Seseorang dapat melakukan perannya dalam lingkup yang lebih besar dan dapat berinteraksi dengan baik. Sebagai contoh, seseorang yang divonis menderita kanker ganas membutuhkan tempat berlindung, tempat mengungkapkan dan mencurahkan setiap permasalahannya, seperti apakah ia bisa smbuh, apakah ia menderita seumur hidup, apakah ia bisa menikmati hidup, apakah ia akan segera meninggal dunia, apakah ia menyusahkan keluarganya, dan sebagainya. Setiap pertanyaan-pertanyaan  yang dilontarkan oleh individu tersebut harus bisa diatasi dengan sugesti atau saran-saran positif yang bisa membangkitkan dan memberikan semangat hidupnya sehari-hari. Dalam hal ini, kelurg dan lingkungan sosial yang sangat menentukan kualits kesehatan mental emosional seseorang dalam menghadapi penyakit yang sedang ia derita.



d.   Dimensi Fisik
Suatu kondisi tubuh yang di haruskan dengan kondisi tubuh sehat. Sebenarnya, faktor fisik cukup memengaruhi kualitias kesehatan jiwa seseorang. Sebagai contoh, saat seseorang mengetahui hasil diagnosis dokter yang mengatakan bahwa tubuhnya telah digerogoti oleh sel kanker yang ganas, saat itulah ia kehilangan sebagian hidupnya. Walaupun secara pikiran sadar (conscious) ia bisa menerima hasil vonis dokter tersebut. Sejak ia menerima informasi tersebut, saat itulah mental-emosionalnya mereka sangat terganggu. Celakanya, hal itulah yang mempercepat proses penurunan sistem kekebalan tubuh secara drastic dan memengaruhi semangat hidup seseorang.

e.    Dimensi Spiritual
Spiritual merupakan kehidupan kerohanian. Dengan menyerahkan diri dengan bersujud dengan kepercayaan agama masing-masing.

3.            Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
Kesehatan menurut Freund (1991) “suatu kondisi yang dalam keadaan baik dari suatu organisme atau bagian yang dicirikan oleh fungsi yang normal dan tidak adanya penyakit”, juga sampai pada kesimpulan mengenai kesehatan sebagai suatu keadaan tidak adanya penyakit sebagai salah satu ciri kalau organisme disebut sehat. Mental hygiene disebut juga ilmu kesehatan mental merupakan ilmu pengetahuan yang masih muda. Dulu orang berpendapat gangguan keseimbangan mental itu disebabkan oleh gangguan roh jahat.
Kesehatan mental di cetuskan oleh Adolf Meyer (psychiater) berdasarkan saran Beers (mantan penderita sakit mental), membantu perkembangan gerakan usaha kesehatan mental. Dialah yang mengemukakan istilah “Mental Hygiene”. Di Amerika pada tahun 1908 terbentuk suatu organisasi “Connectitude Society for Mental Hygiene”. Pada tahun 1909 berdirilah “The National Committee for Mental Hygiene”. Di Inggris pada tahun 1842 berdirilah organisasi “The Society for Improving the Condition Association for the Protection of the Insane and the Prevention of Insanity”.
 Akibat perang dunia I dan II banyak terdapat penderita “war neurosis” di kalangan anggota militer, sehingga gerakan Mental Hygiene makin besar usahanya mencari metode yang efisien untuk mencegah gangguan mental serta mengadakan pembaharuan dalam metode penyembuhan. Pada tahun 1930 Mental Hygiene mengadakan kongres pertama di Washington D.C. tahun 1946 Presiden Amerika Serikat menandatangani undang-undang “The National Mental Health Act” untuk memajukan kesehatan mental rakyat Amerika, yang menyelenggarakan program mental hygiene antara lain:
1)        WHO : Organisasi ini memberi informasi dan penyuluhan mengenai kesehatan mental kepada anggota UNO. Mengadakan pengawasan terhadap alkoholisme, pencegahan kriminal.
2)        UNESCO : Untuk menstimulir penukaran masalah informasi kebudayaan antar bangsa. Didalamnya terdapat suatu departemen yang mengurusi masalah sosial.
3)        WFMH : Di dirikan pada tahun 1948. Antara the internasional committee for mental hygiene dengan the british association for mental health, merupakan kelompok non govermental health agencies membantu kesehatan di dunia.

     Pasti semua orang ingin memiliki mental yang sehat tanpa terganggu apapun. Karna kesehatan mental dapat mempengaruhi aktivitas kita. Maka dari itu, kesehatan mental mempunyai tujuan yaitu :
a.   Mengusahakan agar manusia memiliki kempuan mental yang sehat.
b. Mengusahakan pencegahan terhadap timbulnya sebab-sebab gangguan mental dan penyakit mental.
c.  Mengusahakn pencegahan berkembangnya bermacam-macam gangguan mental dan penyakit mental.
d.  Mengurangi atau mengadakan penyembuhan terhadap gangguan dan penyakit mental.

4.            Pendekatan Kesehatan Mental
Beberapa ahli mengemukakan orientasi umum dan pola-pola wawasan kesehatan mental, yang terbagi menjadi tiga orientasi, yaitu :
a.         Orientasi Klasik
Orientasi ini biasa digunakan dalam dunia kedokteran. pada orientasi ini individu sehat adalah individu yang tidak mempunyai keluhan tertentu, yang semuanya menimbulkan perasaan "sakit" atau perasaan "tak sehat", serta mengganggu efisiensi dan efektifitas kegiatan sehari-hari, yang mencakup fisik dan mental.

b.        Penyesuaian Diri
Landasan orientasi ini menyatakan bahwa manusia pada umumnya adalah makhluk yang sehat secara mental. Penetuan sehat atau sakit mental dilihat sebagai derajat kesehatan mental. Menurut orientasi ini, kesehatan mental adalah kondisi kepribadian individu secara utuh.

c.         Pengembangan Potensi
Individu yang sehat mental adalah individu yang dapat dan mampu mengembangkan dan memamanfaatkan potensi yang ada pada dirinya untuk kegiatan yang positif - kosntruktif, sehingga dapat meningkatkan kualitas dirinya, yang digunakan dalam kehidupan sehari - hari.



Referensi : 

Semium, Yustinus. Kesehatan Mental 1. (2006). Yogyakarta: Kanisius.
Riyadh, Saad. Jiwa Dalam Bimbingan Rasulullah. (2007). Jakarta: Gema Insani
Hakim, Andri. Hipnoterapi: Cara Tepat & Cepat Mengatasi Stres, Fobia, Trauma, dan Gangguan Mental Lainnya. (2010). Jakarta: Transmedia Pustaka


Tidak ada komentar:

Posting Komentar