1.
Kesehatan Mental
Kesehatan mental merupakan terjemahan dari istilah mental hygiene.
Mental (dari kata Latin : mens, mentis) berarti jiwa, nyawa, sukma, roh,
semangat, sedangkan hygiene (dari
kata Yunani : hugiene) berarti ilmu tentang kesehatan. Mental hygiene
sering juga disebut psikohygiene.
Psyche ( dari kata Yunani: psucho) berarti napas, asas
kehidupan, hidup, jiwa, roh, sukma, semangat. Ada orang yang membedakan antara mental
hygiene dan psikohygiene. Mental hygiene menitikberatkan
kehidupan kerohanian, sedangkan psikohygienen menitikberatkan manusia
sebagai totalitas psikofisik dan psikomatik.
2.
Konsep Sehat
Pada tahun 1948, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merumuskan definisi
kesehatan sebagai berikut, “suatu kondisi perasaan yang sempurna, baik secara
fisikmental/ kejiwaan, maupun lingkungan (sosial). Dengan demikian, itu bukan
saja ungkapan yang menunjukkan kondisi terbebasnya seseorang dari penyakit/
gangguan kesehatan lainnya.”
Definisi di atas tidak pelak menuai banyak kritik dari berbagai pakar
disebabkan rumusannya yang dinilai terlalu ideal dan normatif. Hanya saja,
terlepas dari berbagai pro dan kontra, yang jelas definisi ini tetap dipandang
sebagai sebuah kerangka berpikir yang menunjukkan kecenderungan umum para pakar
medis dan psikologi dalam mendefinisikan atau menetapkan makna yang terkandung
dalam istilah “kesehatan”.
Pada perkembangannya, dapat ditemukan cukup
banyak definisi tentang “sehat” yang secara umum berpedoman kepada definisi versi
WHO tersebut. Contohnya, Hurrelmann (1995) yang berpendapat bahwa kesehatan
merupakan ungkapan yang menunjukkan kondisi perasaan tertentu pada seseorang,
baik yang bersifat subjektif maupun objektif. Artinya, kondisi sehat akan dapat
dilihat pada diri seseorang ketika area (lapangan) perkembangan fisik, mental,
dan lingkungannya sejalan dengan berbagai kondisi hidup objektif yang dia
hadapi.
Dari definisi Hurrelmann di atas terlihat
bahwa kesehatan merupakan suatu kondisi seimbang yang mesti berusaha diwujudkan
setiap saat oleh setiap individu dalahm kehidupannya. Kesehatan merupakan hasil
penting yang diperoleh seseorang dari upayanya membangun kepuasan berperilaku
bagi dirinya (Hurrelmann: 1998).
Dengan bersandar kepada rumusan ini maka
dapat dikatakan kesehatan seseorang berada dalam kondisi terancam manakala
dalam satu atau kebutuhan yang tidak mampu dia kendalikan (laksanakan), terutama
dalam kerangka kehidupan sosial yang tengah dia jalani dalam satu periode
tertentu kehidupannya. Ancaman terhadap kesehatan dimaksud dapat muncul dalam
berbagai bentuk, seperti cacat mental, fisik, maupun sosial.
Sebaliknya, seseorang dapat dikatakan sehat
apabila dia mampu membina hubungan sosial yang efektif dengan lingkungannya
serta mampu bersosialisasi (berbaur) secara baik dengan anggota masyarakat
lainnya. Lebih lanjut, seseorang juga dikategorikan sehat apabila berhasil
mensejalankan antara kehidupan pribadinya dengan situasi kehidupan
lingkungannya yang variatif.
Kesehatan merupakan kondisi yang dihasilkan
oleh perasaan positif terhadap sesuatu. Dengan demikian, ia tidak akan dapat
terwujud secara sistematis tanpa adanya usaha dari si pelaku. Dengan kata lain,
eksistensi kesehatan pada diri seseorang merupakan hasil rill dari
berbagai usaha pro-aktif yang dia lakukan sepanjang perjalanan hidupnya
memelihara, menumbuhkembangkan, maupun merenovasi kecakapan sosial, psikologis,
maupun fisiologis yang ia miliki. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa
kondisi sehat merupakan cerminan (refleksi) dari kemampuan seseorang
mengendalikan berbagai kebutuhan dan tuntutan pribadinya serta mensejalankan
dengan berbagai kondisi serta tuntutan sosial masyarakat yang melingkupinya.
Selain pemikiran di atas, ada lagi definisi
yang dikemukakan oleh Udris dan kawan-kawan. Menurut mereka kesehatan bukanlah
kondisi yang statis. Sebaliknya, ia merupakan ungkapan yang menunjuk kepada
suatu kondisi yang seimbang antara aspek fisiologis, psikologis, sosiologis,
serta imunitas (pertahanan) tubuh di satu sisi, dengan berbagai pengaruh atau efek
negatif terpendam yang berpotensi menimbulkan penyakit, baik dalam lingkup
fisik, biologis, maupun sosiologis, di sisi lainnya.
Berdasarkan pendapat Udris dan kawan-kawan
di atas, dapat dikatakan bahwa kesehatan merupakan ungkapan tentang suatu
kondisi yang sitematis, berproses (bergerak secara berkesinambungan), dan
saling terkait antara berbagai komponennya.
Masih dalan kaitannya dengan perdebatan
ilmiah seputar definisi sehat, pakar psikologi lain, seperti Erben Franzkowiak
dan Wenzel lebih lanjut mengerucutkan makna sehat kepada tiga prinsip dasar
sebagai berikut:
Pertama, kesehatan merupakan suatu kondisi objektif
yang bisa diuji secara medis.
Kedua, kondisi sehat dapat dipandang sebagai
hasil proses adaptasi ideal yang mungkin dilakukan seseorang dengan berbagai
kebutuhan yang melingkupinya.
Ketiga, kondisi sehat lebih lanjut juga dapat
dipandang sebagai upaya berkelanjutan dalam mewujudkan eksistensi diri dengan
menempuh berbagai langkah yang efektif dan efisien dalam berinteraksi dengan
lingkungan sekitar.
Adapun Schroeder dan Schech memandang
kesehatan lebih sebagai keseimbangan dalam sistem tubuh yang senantiasa bisa
dipertahankan dalam hubungan tarik-menarik antara seorang individu dengan
lingkungan sekitarnya.
Sementara itu, Anderson menyimpulkan
kesehatan pada lima makna pokok berikut:
1)
Sebagai sebuah prosuk hasil
2) Sebagai sebuah kekuatan potensial terpendam
yang dapat digunakan dalam rangka mewujudkan target atau aktivitas tertentu
yang diinginkan.
3) Sebagai sebuah proses dimana kesehatan
merupakan suatu realitas dinamis yang senantiasa berubah.
4)
Sebagai sebuah kondisi atau keadaan hidup
5) Sebagai sebuah sifat yang membedakan
seorang individu secara umum dari individu yang lain. Dalam hal ini, kesehatan
merupakan kecakapan atau kapabilitas tertentu yang dimiliki seseorang dan
membedakannya dari orang lain.
Pengertian sehat juga mencangkup fenomena fisiologis, fisik, maupun
emosional dalam kaitannya dengan kondisi pribadi seseorang, di samping adanya
bekal keilmuan dan perilaku yang memadai guna melakukan perancangan terhadap
kondisi kesehatan personal dalam rangka mengatasi goncangan-goncangan hebat
dalam kehidupannya. Dari sini dapat dilihat bahwa kesehatan yang prima
merupakan refleksi dari kesuksesan seseorang dalam beradaptasi pada tataran
biologis, fisiologis, imunitas, sosiologis, psikologis, maupun kognitif.
Konsep sehat
dilihat dalam 5 dimensi:
a. Dimensi Emosi
Menurut Goleman emosional merupakan hasil
campur dari rasa takut, gelisah, marah, sedih dan senang. Sebagai contoh, saat
seseorang yang telah divonis dokter mengidap penyakit tertentu, diperlukan
kekuatan mental-emosional/ jiwa yang mendukung dan mempercepat proses
penyembuhan penyakit tersebut. Pikiran dan sasaran positif sangat diperlukan
untuk membangkitkan semangat hidup guna mengembalikan kesehatannya secara
totalitas, yaitu secara jasmani dan rohani.
b. Dimensi Intelektual
Memecahkan masalah dengan pikiran yang
tenang, yang dapat memecahkan masalah tersebut.
c. Dimensi Sosial
Seseorang dapat melakukan perannya dalam
lingkup yang lebih besar dan dapat berinteraksi dengan baik. Sebagai contoh,
seseorang yang divonis menderita kanker ganas membutuhkan tempat berlindung,
tempat mengungkapkan dan mencurahkan setiap permasalahannya, seperti apakah ia
bisa smbuh, apakah ia menderita seumur hidup, apakah ia bisa menikmati hidup,
apakah ia akan segera meninggal dunia, apakah ia menyusahkan keluarganya, dan
sebagainya. Setiap pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh individu tersebut harus
bisa diatasi dengan sugesti atau saran-saran positif yang bisa membangkitkan
dan memberikan semangat hidupnya sehari-hari. Dalam hal ini, kelurg dan
lingkungan sosial yang sangat menentukan kualits kesehatan mental emosional
seseorang dalam menghadapi penyakit yang sedang ia derita.
d. Dimensi Fisik
Suatu kondisi tubuh yang di haruskan dengan
kondisi tubuh sehat. Sebenarnya, faktor fisik cukup memengaruhi kualitias
kesehatan jiwa seseorang. Sebagai contoh, saat seseorang mengetahui hasil
diagnosis dokter yang mengatakan bahwa tubuhnya telah digerogoti oleh sel
kanker yang ganas, saat itulah ia kehilangan sebagian hidupnya. Walaupun secara
pikiran sadar (conscious) ia bisa menerima hasil vonis dokter tersebut. Sejak
ia menerima informasi tersebut, saat itulah mental-emosionalnya mereka sangat
terganggu. Celakanya, hal itulah yang mempercepat proses penurunan sistem
kekebalan tubuh secara drastic dan memengaruhi semangat hidup seseorang.
e. Dimensi Spiritual
Spiritual merupakan kehidupan kerohanian.
Dengan menyerahkan diri dengan bersujud dengan kepercayaan agama masing-masing.
3.
Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
Kesehatan menurut Freund (1991) “suatu
kondisi yang dalam keadaan baik dari suatu organisme atau bagian yang dicirikan
oleh fungsi yang normal dan tidak adanya penyakit”, juga sampai pada kesimpulan
mengenai kesehatan sebagai suatu keadaan tidak adanya penyakit sebagai salah
satu ciri kalau organisme disebut sehat. Mental hygiene disebut juga
ilmu kesehatan mental merupakan ilmu pengetahuan yang masih muda. Dulu orang
berpendapat gangguan keseimbangan mental itu disebabkan oleh gangguan roh
jahat.
Kesehatan mental di cetuskan oleh Adolf
Meyer (psychiater) berdasarkan saran Beers (mantan penderita sakit
mental), membantu perkembangan gerakan usaha kesehatan mental. Dialah yang
mengemukakan istilah “Mental Hygiene”. Di Amerika pada tahun 1908
terbentuk suatu organisasi “Connectitude Society for Mental Hygiene”.
Pada tahun 1909 berdirilah “The National Committee for Mental Hygiene”.
Di Inggris pada tahun 1842 berdirilah organisasi “The Society for Improving
the Condition Association for the Protection of the Insane and the Prevention
of Insanity”.
Akibat perang dunia I dan II banyak terdapat
penderita “war neurosis” di kalangan anggota militer, sehingga gerakan Mental
Hygiene makin besar usahanya mencari metode yang efisien untuk mencegah
gangguan mental serta mengadakan pembaharuan dalam metode penyembuhan. Pada
tahun 1930 Mental Hygiene mengadakan kongres pertama di Washington D.C.
tahun 1946 Presiden Amerika Serikat menandatangani undang-undang “The
National Mental Health Act” untuk memajukan kesehatan mental rakyat
Amerika, yang menyelenggarakan program mental hygiene antara lain:
1)
WHO : Organisasi ini memberi informasi dan
penyuluhan mengenai kesehatan mental kepada anggota UNO. Mengadakan pengawasan
terhadap alkoholisme, pencegahan kriminal.
2)
UNESCO : Untuk menstimulir penukaran
masalah informasi kebudayaan antar bangsa. Didalamnya terdapat suatu departemen
yang mengurusi masalah sosial.
3)
WFMH : Di dirikan pada tahun 1948. Antara
the internasional committee for mental hygiene dengan the british association
for mental health, merupakan kelompok non govermental health agencies membantu
kesehatan di dunia.
Pasti semua
orang ingin memiliki mental yang sehat tanpa terganggu apapun. Karna kesehatan
mental dapat mempengaruhi aktivitas kita. Maka dari itu, kesehatan mental
mempunyai tujuan yaitu :
a. Mengusahakan agar manusia memiliki kempuan
mental yang sehat.
b. Mengusahakan pencegahan terhadap timbulnya
sebab-sebab gangguan mental dan penyakit mental.
c. Mengusahakn pencegahan berkembangnya
bermacam-macam gangguan mental dan penyakit mental.
d.
Mengurangi atau mengadakan penyembuhan
terhadap gangguan dan penyakit mental.
4.
Pendekatan Kesehatan Mental
Beberapa ahli mengemukakan orientasi umum dan
pola-pola wawasan kesehatan mental, yang terbagi menjadi tiga orientasi, yaitu
:
a.
Orientasi Klasik
Orientasi ini biasa digunakan dalam dunia
kedokteran. pada orientasi ini individu sehat adalah individu yang tidak
mempunyai keluhan tertentu, yang semuanya menimbulkan perasaan
"sakit" atau perasaan "tak sehat", serta mengganggu
efisiensi dan efektifitas kegiatan sehari-hari, yang mencakup fisik dan mental.
b.
Penyesuaian Diri
Landasan orientasi ini menyatakan bahwa
manusia pada umumnya adalah makhluk yang sehat secara mental. Penetuan sehat
atau sakit mental dilihat sebagai derajat kesehatan mental. Menurut orientasi
ini, kesehatan mental adalah kondisi kepribadian individu secara utuh.
c.
Pengembangan Potensi
Individu yang sehat mental adalah individu
yang dapat dan mampu mengembangkan dan memamanfaatkan potensi yang ada pada
dirinya untuk kegiatan yang positif - kosntruktif, sehingga dapat meningkatkan
kualitas dirinya, yang digunakan dalam kehidupan sehari - hari.
Referensi :
Semium, Yustinus. Kesehatan Mental 1.
(2006). Yogyakarta: Kanisius.
Riyadh, Saad. Jiwa Dalam Bimbingan
Rasulullah. (2007). Jakarta: Gema Insani
Hakim, Andri. Hipnoterapi: Cara Tepat & Cepat Mengatasi Stres,
Fobia, Trauma, dan Gangguan Mental Lainnya. (2010). Jakarta: Transmedia
Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar